HUBUNGI

CENDANA PRINT
SMS : 087827296229
email : yaris.say@gmail.com
TASIKMALAYA

Desain Grafis, Ilmu yang dinamis

Proses komunikasi yang terjadi di masyarakat sudah berkembang menjadi semakin kompleks. Tidak hanya melibatkan komunikasi personal saja. Namun juga melibatkan media untuk menyampaikan komunikasi ke khalayak banyak. Karena khalayak dalam satu masyarakat beragam, maka komunikasi pun mengambil bentuk yang beragam pula. Bentuk komunikasi disesuaikan dengan khalayak yang akan dituju. Di sinilah desain grafis mengambil peran. Ia mengemas komunikasi menjadi menarik, mudah dipahami dan agar tujuan komunikasi dapat tercapai.

Perkembangan desain grafis ikut didorong oleh perkembangan media massa dan teknologi. Ia berkembang seiring dengan perkembangan media massa dan teknologi. Karena itu, dapat dikatakan desain grafis telah menjadi bidang yang cukup menjanjikan. "Seiring dengan perkembangan industri, media massa dan teknologi, peran desain grafis semakin hari semakin diakui," jelas Manager Digital Studio College (DSC) Rini Suprapto.

Meskipun begitu, Rini menilai masih banyak masyarakat yang tidak mengerti mengenai bidang desain. Masih banyak masyarakat yang mencampuradukan antara desain dengan seni. Sehingga, beranggapan bahwa desain merupakan profesi yang tidak menjanjikan. Hal ini pun ikut berimbas kepada dunia pendidikan. Banyak orang tua yang takut menitipkan anaknya di lembaga pendidikan desain. "Padahal kalau melihat pasar, tenaga desain sangat diperlukan sekali. Contoh paling nyata adalah lulusan DSC yang selalu habis terserap pasar pada saat mereka lulus. Bahkan, sebelum lulus pun sudah banyak perusahaan yang menginginkan," tambah Rini.

Fenomena ini dibenarkan Pembantu Ketua I Bidang Pendidikan Sekolah Tinggi Desain Interstudi Drs Dadang Mulyana. Menurutnya antara desain dengan seni memiliki perbedaan yang cukup jelas. Seni, menurut Dadang, merupakan bidang ilmu yang lebih fokus kepada diri sendiri. Artinya, hasil yang didapatkan lebih kepada keinginan pribadi tanpa ada campur tangan dari orang lain. Kepuasan yang dicapai lebih kepada kepuasan pribadi. Hal ini berbeda dengan desain. Desain memiliki kaitan yang erat dengan industri. Karena, desain ditujukan untuk keperluan industri. Sehingga ada kepentingan industri yang ikut terlibat. Karena itulah, desain bersifat dialogis. Artinya, ada kompromi antara pembuat desain dengan pihak industri yang diwakilinya.

Rini mengatakan, format desain grafis tidak hanya dalam bentuk konvensional atau cetakan saja. Seperti selebaran, pamflet, flyer hingga majalah dan koran. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, desain grafis telah berkembang ke arah audio visual. Desainer grafis dituntut untuk dapat berkreasi dengan menggunakan format televisi, ataupun juga internet. Karena itulah, DSC lebih memfokuskan kepada desain digital yang teramasuk di dalamnya grafik dan desain periklanan. Proses belajar mengajar di DSC dibagi ke dalam lima tahap, yaitu tahap dasar, tahap 1 yaitu single page design, tahap dua multi page design and multimedia, tahap tiga advertising design and motion graphics dan tahap 4 final project. Masing-masing tahap diisi dengan sekitar enam mata kuliah.

Dari setiap mata kuliah, prosentase untuk teori hanya 20 persen. Selebihnya diisi dengan praktik dan tugas. Jadi, kata Rini, mahasiswa akan diberikan teori yang kemudian diberikan tugas untuk mempraktikkan teori yang telah diberikan. Dari setiap mata kuliah, tugas diharuskan untuk membuat minimal tiga tugas.

Rini mengatakan, tugas memiliki peranan penting di DSC. Karena sistem penilaian yang digunakan di DSC sepenuhnya ditentukan oleh tugas. Dengan kriteria penilaian meliputi konsep, desain, eksekusi yang meliputi kerapihan serta presentasi. Presentasi menjadi penilaian karena presentasi merupakan penentu keberhasilan karya yang dibuat. "Ada orang yang membuat karya tidak terlalu bagus. Tapi karena presentasinya bagus, ia mendapat nilai yang tinggi. Begitupun sebaliknya," jelas Rini.

Tugas dibagi ke dalam dua kategori, yaitu tugas pribadi dan tugas kelompok. Tugas pribadi dimaksudkan untuk melatih kemampuan mahasiswa. Sementara tugas kelompok lebih ditujukan untuk melatih kerja sama tim. Karena, jelas Rini, ketika nanti di dunia kerja, seseorang tidak mungkin hanya bekerja sendiri. melainkan juga bekerja secara kelompok. Hal serupa diterapkan di STDI. Bedanya, di STDI tugas tidak menjadi penilaian mutlak. Penilaian ditentukan juga oleh ujian teori dan juga kehadiran.

Baik Rini maupun Dadang menegaskan, selain kemampuan di bidang desain, seorang desainer juga dituntut untuk memiliki untuk memiliki wawasan yang luas. Ia juga harus menguasai ilmu-ilmu lain di luar ilmu desain. Hal ini berkaitan dengan sifat bidang desain yang dinamis dan selalu berkembang. Tambahan wawasan ini dapat dilakukan dengan cara-cara yang sederhana. Seperti membaca, mengobrol, melihat-lihat keadaan sekitar dan sebagainya.

Tidak ketinggalan wawasan tentang teknologi yang sedang berkembang. "Jika seorang desainer tidak menambah wawasannya, maka akan tertinggal dan tidak akan berkembang," jelas Rini. Karena alasan itu juga DSC menjalin kerja sama dengan beberapa sekolah di luar negeri. Seperti Billy Blue School of Graphic Arts, Australia, Raffles Design Institute, First International Design School, Singapura. Bentuk kerja sama yang dilakukan lebih kepada pengakuan kurikulum dan mata kuliah. Sehingga bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi di atas, akan mendapatkan kemudahan.ci1

'Yang Penting Ulet dan Berwawasan Luas'

Banyak orang yang menyamakan desain dengan seni. Karena itu, timbul anggapan yang keliru mengenai desain. Seperti bidang desain yang tidak dianggap sebagai sebuah profesi, melainkan hanya sebuah hobi. Atau juga anggapan bahwa dibutuhkan bakat alami untuk dapat mendalami desain. "Jadi masih banyak orang yang takut untuk mendalami desain. Orang tua pun memiliki pandangan yang salah mengenai desain," jelas Manager Digital Studio College (DSC) Rini Suprapto.

Desain merupakan bidang yang memiliki lapangan pekerjaan yang cukup luas. Rini mencontohkan, setiap perusahaan pasti memerlukan tenaga desain untuk membuat komunikasi kepada khayaknya. Belum lagi media massa yang jumlahnya semakin hari semakin bertambah. Untuk mendalami bidang desain pun terbilang susah-susah gampang. Rini menegaskan, untuk belajar desain tidak diperlukan bakat alami. "Yang penting orang tersebut memiliki keuletan dan kreativitas yang tinggi," tambah Rini. Kreativitas bisa didapatkan dengan cara membuka wawasan. Mempelajari hal-hal baru atau juga ilmu-ilmu lain selain desain.

Pembantu Ketua I Bidang Pendidikan Sekolah Tinggi Desain Interstudi (STDI) Drs Dadang Mulyana mengatakan hal yang sama. karena itulah ia menghimbau mahasiswanya untuk mencari tahu hal-hal lain yang berhubungan dengan desain. Ia juga menghimbau untuk memberikan perhatian lebih kepada hal-hal kecil yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Salah satu cara yang dilakukan pihak sekolah untuk membantu mahasiswanya menambah wawasan adalah dengan mengadakan berbagai eksibisi. DSC misalnya, selalu mengadakan eksibisi tahunan yang bernama 1001 Inspiration Design Festival. Atau STDI yang mengadakan eksebisi bersama Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis Indonesia (KMDGI). "Dengan begitu kami harapkan mereka memiliki pola pikir out of the box," tambah Rini.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Desain Grafis, Ilmu yang dinamis"